![]() |
Jodoh ku (Ilustrasi) |
CATATAN INDAH - Biasanya hari raya Iedul Fitri atau lebaran menjadi momen menyenangkan bagi siapapun. Karena keluarga besar, sanak saudara dan tetangga berkumpul bersama jadi satu. Tapi, justru perkumpulan keluarga itulah yang membuat kesal bagi wanita di belahan dunia mana pun yang belum juga diberi pasangan hidup.
Berondongan
pertanyaan demi pertanyaan yang membuat panas di telinga dan hati mendidih mestilah
terucap dari orang-orang yang memang peduli atau cuma iseng saja.
“Kapan kamu menikah?” “Sudah berapa usiamu?” “Kok
belum juga dapat pasangan?” “Gak bosen sendiri terus” atau “Perlukah kami
carikan jodoh untuk mu”. Pertanyaan itulah yang
sering terucap dari si penanya dan lebih parah lagi ada yang nyeletuk dengan
santainya mengatakan, “Jangan-jangan
jodoh mu sudah mati lagi, sejak lahir”. Kalimat-kalimat itu sering kali
membuat emosi, bad mood atau yang lebih parah, membuat mental jatuh pecah
perkeping-keping berserakan di tanah.
Keadaan
seperti itu banyak dirasakan oleh para wanita senasib, sebangsa dan setanah
air. Banyak dari mereka menyibukkan diri dengan pekerjaan atau kuliah hanya
untuk menghibur diri sendiri dari keadaan yang memang tidak mudah bagi siapa pun
yang mengalaminya. Tapi, terkadang mereka tersadar dan terperanjat manakala
melihat perempuan-perempuan seusia mereka bercengkrama mesra dengan suami dan
putra-putri mereka. Atau, kesadaran itu baru muncul manakala pendamping hidup
tak juga hadir dan menghampiri. Padahal hasrat hati mengebu-gebu ingin merajut
cinta dengan kekasih idaman.
Dalam buku
“Telat Menikah Tapi Bahagia” karya Muhammad Rasyid al-Uwaid menyebutkan,
seseorang yang menolak untuk menikah boleh jadi karena matanya disilaukan oleh
dunia, sementara agama ia tak mengerti. Boleh jadi seseorang menunda-nunda
menikah karena yang datang kepadanya beda pandangan dalam memahami agama,
meskipun tak ada yang patut dicela dari prinsip keagamaan secara umum dan akhlaknya.
Kasus-kasus
berbeda pandangan dalam memahami agama, berbeda jalan pikiran, visi, misi,
sibuk dengan karier yang menanjak atau lebih mengkhawatirkan lagi adalah gila
harta. Inilah beberapa penyebab utama terjadinya pembentukan dinding tebal yang
menghambat terjadinya pertemuan yang dirasa cocok di dalam hati.
Boleh jadi,
di antara kita ada yang belum menyadari keutamaan menyegerakan menikah. Tapi
masih aja menunda-nundanya. Atau peran orang tua yang kerap menolak lamaran
laki-laki yang datang kepada anak perempuannya atau pun si anak bosan, karena
orang tua selalu mendatangkan laki-laki yang begitu aneh untuknya, yang di
nilai si anak 3L (Lemah, Lesu, Letoy). 3L (Lemah, Lesu, Letoy), “Lemah = lemah
dalam mengambil setiap keputusan, Lesu = lesu untuk menggapai setiap kesempatan
yang ada untuk maju, Letoy = letoy dalam menghadapi hidup dan masa depan yang
semakin menggilas setiap orang yang dilewatinya.
Tapi,
terlambatnya seseorang menikah mungkin karena kesalahannya sendiri yang
mempersulit. Kesempatan bukan tak pernah datang menghampiri dan nyaris
bersandar di hati. Tapi demi karir yang di impikan, belum merasa mapan atau
mimpi mendapatkan kekasih yang di idamkan, semua di korban kan, sampai dia tersadar
sepinya hidup tanpa suami di sisi.
Kesalahan
itu pula yang jarang disadari oleh wanita yang telat menikah, seperti mereka
terlalu “Ge-Er” apabila ada seseorang lelaki yang menelpon mereka atau terlalu
salah tingkah apabila ada senyuman lelaki terlepas untuknya.
Ops… Tunggu
dulu, seorang lelaki menelpon kepada seorang wanita belum tentu dia suka sama
si wanita itu, tapi kemungkinan dia hanya butuh teman untuk bicara dan cerita. Dan jangan salah paham dengan senyuman
seseorang lelaki kepada anda, siapapun dia, berhak melepas senyuman kepada
siapa pun juga, karena hal itu bentuk sesuatu keramahan dari seseorang untuk
orang lain.
Dan bagi
lelaki, sikap wanita yang over Ge-Er dan over Sal-Ting (Salah Tingkah) membuat
lelaki tadi merasa Il-Fil. Padahal, boleh jadi dia mau pendekatan secara
diam-diam kepada Anda. Cobalah menjadi diri sendiri dan apa adanya tapi
menarik.
Masih
banyak lagi cerita-cerita tentang sebab-sebab telat menikah, tetapi kita perlu
merenungkangkan peringatan Rosulullah saw “Apabila
datang kepadamu seorang laki-laki (untuk meminang) yang engkau ridha terhadap
agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Bila tidak engkau lakukan, maka
akan menjadi fitnah di muka bumi dan
akan timbul kerusakan yang merata di muka bumi.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Kadangkala,
mereka menunda-nunda menikah tanpa alasan syar’i, dan akhirnya mereka takut
melangkah di saat hati dan jiwa sudah sangat menginginkannya. Atau ada yang
memang benar-benar gelisah karena belum ada yang benar-benar serius dengannya.
Lingkaran
ketakutan ini terus berlanjut bagaikan mimpi buruk di alam sadar, bila di
usia-usia dua puluh tahunan mereka menunda nikah di karenakan takut dengan
ekonominya yang belum mapan, di usia tiga puluh dan tiga puluh lima, lain lagi
urusan dan masalahnya. Mereka menginginkan pasangan dengan kriteria yang sulit
di penuhi.
Ingat!, Tentang
angka 17-20 dan 30-35. “Umur 17 tahun masa senang-senang dan penjajakan, umur
20 tahun masa pencarian dan penentuan, umur 30 tahun masa kegelisahan dan umur
35 tahun masa pasrah dengan keadaan.”
Untuk mengatasi
keadaan yang semakin sulit dimengerti, apakah ini cobaan dari Allah atau buah
dari kesalahan selama ini, sangat pantaslah kita belajar dari Siti Khadijah yang sabar dan bijaksana
dalam menjalani hidup selama penantian menemukan sang pendamping yang terbaik
di hati. Memang dalam hal kecocokan dan selera tidak bisa dipaksakan dan itu
harus berdasarkan penilain wanita yang mengalaminya.
Ada satu
cara yang sebaiknya dicoba oleh kaum muslimah yang telat menikah. Yakni melamar
atau meminang. Sepintas memang sedikit aneh didengar, pandangan ini terasa tabu,
mungkin juga membuat tertawa terbahak-bahak. Rasanya janggal di telinga kita
mendengar perempuan melamar laki-laki. Padahal hal ini dibenarkan di dalam
Islam, selama tidak berbenturan dengan rambu-rambu syariat. Bahkan, tradisi ini
sudah di kenal lama oleh bangsa arab. Sebagaimana Khadijah binti Khuwailid melamar Nabi Muhammad saw.
Tentu hal
itu bukan lah suatu kejelekan, aib atau merendahkan martabat si wanita jika ia
meminang seorang laki-laki. Tetapi lebih dilihat dari segi positif, karena
sebuah pernikahan adalah hubungan bersama sehingga tidak mesti laki-laki yang
memulai untuk meminang.
Dengan
catatan, selama wanita itu tidak terbawa nafsu serta tidak tertipu dengan
penampilan luar si lelaki, dan meminang seorang lelaki tidak menjadi masalah
baginya juga tidak berbahaya pula.
Anas ra., berkata, “Ada seorang perempuan menawarkan dirinya
kepada Rosulullah saw. Mendengar hal itu, anak perempuan Anas tertawa dan
berkata, ‘Alangkah sedikit rasa malunya!’ Anas langsung menimpali, ‘Dia lebih
baik dari engkau. Dia menawarkan dirinya kepada Nabi saw’.” (HR Lima
Perawi)
Malangnya,
sikap perempuan yang aktif meminang dalam beberapa literature fiqih klasik
mencerminkan bahwa dia berstatus janda yang notabene lebih agresif. Sebaliknya,
sikap pasif para gadis sangat bertolak jauh dari yang diharapkan. Pandangan
seperti ini tanpa sadar melahirkan beberapa kesimpulan ; Khadijah, istri
pertama yang dinikahi Rosulullah saw terkesan sebagai wanita yang agresif.
Meski kenyataannya, Khadijah adalah seorang wanita arab yang dikenal baik
akhlaknya.
Di tengah
kondisi yang serba tidak menentu, sebaiknya bagi muslimah yang telat menikah
bersikap sabar dan lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. Sebab sikap sabar
dan tawakal kepada Allah lebih memberi kenyamanan dan kekuatan yang akan
membantu dalam menata hati yang terpuruk. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw, “Dan tidaklah seseorang diberi sesuatu yang
lebih luas melebihi kesabarannya.”
Dengan
demikian, kesabaran yang tertanam dalam hati, keikhlasan dalam jiwa, keluasan
dalam tegar menerima setiap cobaan kehidupan, merupakan kebaikan yang
seharusnya dijaga, dan hal itu belum tentu dimiliki oleh wanita-wanita yang
telah bersuami.
Ingat…!
Kemarahan, stress dan frustasi tidak memberi manfaat positif dan tidak
menghadirkan seorang pujaan hati. Sebaliknya, keridhaan yang dijaga dalam hati
wanita-wanita yang masih lajang akan memberikan sebuah keridaan Allah yang
InsyaAllah berbuah manis pada saat kematangan diri telah tiba.
Atau,
paling tidak jika seseorang merasa tidak sanggup menanggung kesedihannya, maka
perbanyaklah do’a. Sebagaimana Nabi Zakariya as yang pernah memohon kepada
Allah agar kesendiriannya berakhir. “Tuhan
ku, jangan biarkan aku sendirian. Dan Engkau adalah sebaik-baiknya Warits.”
(QS. Al-Abiya’ 89).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar