![]() |
Aku bingung (Ilustrasi) |
CATATAN INDAH - Sudah tiga hari empat malam aku berada di Yogyakarta, tempat asing tapi tidak asing ditelinga. Kenapa engak, dari orok sampai gede aku tinggal di Sumatra Utara tepatnya di Pangkalan Brandan. Kota kecil, ya…kalau ada yang mau ngukur pakai meteran, besarnya mungkin seukuran 50 kali lapangan bola.
Yogyakarta,
ya! Yogyakarta, Kota pelajar dengan seabrek budaya, orang-orang cerdas tumpah
ruah di sini. Konon katanya, siapa pun yang tinggal dan meminum air di Kota ini
bakalan betah dan lupa dengan kampung halaman.
Mungkin
petuah itu terbukti, baru tiga hari di kota ini aku merasa nyaman dengan
keramahan penduduk sekitar tempat aku tinggal. Kebetulan di jogja aku tinggal
di rumah Paman atau sebutan jawanya, “Pakde”.
Seminggu
telah berlalu, banyak pengalaman yang aku dapat di sini. Teman-teman sering
mengerjaiku dengan hal-hal aneh, mungkin karena aku tidak paham bahasa jawa. Pagi
itu hari minggu, kebetulan Bude tidak sempat masak untuk makan siang karena
pagi-pagi mereka sekeluarga harus pergi ke pertemuan organisasi. Aku Cuma di
kasih uang untuk makan yang jumlahnya lumayan sedikit. Maklum Bude memang
orangnya rada pelit, walaupun mereka tercatat sebagai keluarga yang bisa
dikatakan terkaya di kampung nya, tapi pelitnya itu yang amit-amit. Hush… malah
ngegosip.
Hari mulai
siang, matahari sudah di atas ubun-ubun cacing di perut pun mulai bingung,
rangsum jatah makan siang belum juga datang. Karena sudah bosan dengan makan
nasi sayur dan tempe aku putuskan mencoba untuk mencicipi soto ala jogja yang
katanya sueger.
“Mas soto
di bungkus sak porsi” (sak porsi=satu porsi), kata ku pada Si tukang soto.
Si tukang
soto dengan cepat meracik campurannya dan di bungkus plastik.
Pinten mas,
“Kataku yang artinya ‘berapa’ mencoba
bahasa jawa alus ala kadarnya”.
“Setunggal
ewu gangsalatus mas”, Jawab Si tukang soto
Mendengar
jawaban situkang soto, aku terdiam sejenak sambil berfikir, sembari mencoba
menghitung angka satu sampai sepuluh dalam bahasa jawa, tapi tidak ada yang
menyebutkan setunggal dan gangsal. “Gawat, harga nya jangan-jangan mahal ne
soto, pasalnya aku cuma di kasih uang Rp.3000,-.” Kalau sampai harganya lebih
dari itu, mau ngasih jaminan apa sama si tukang soto, sandal, celana, baju, KTP,
bantuin nyuci piring atau…
Aku mencoba
bertanya lagi sama si tukang soto, “Pinten mas”
“Setunggal
ewu gangsalatus”, jawab tukang soto menunggu aku mengeluarka uang.
Sekali lagi
aku menghitung, “Siji, loro, telu, papat, limo, enem, pitu, wolu, songo,
sepuluh.” Nah loh…gak ada kan angka setunggal sama gangsal. Aku mulai panik,
uang cuma tiga ribu di kantong kalau kurang bisa gawat, uang hilang makan siang
melayang.
Dengan
membulatkan tekad dan menyiapkan mental aku bertanya pakai bahasa Indonesia
yang benar dan tepat sesuai Ejaan Yang Di sempurnakan.
“Berapa Mas”
“Seribu
lima ratus mas…”
Mendengar jawaban itu, aku lega bukan kepalang. Aku
langsung mengulung kan uang pada si tukang soto yang perawakan nya kecil rambut
keriting dan kumis nya seperti sapu ijuk lawas. Penderitaanku berakhir, siang
ini bisa makan tanpa harus mengadaikan apa pun. (Red. Fajar Iswanto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar