Minggu, 18 Maret 2012

Di Buat Bingung Oleh Si Tukang Soto


Aku bingung (Ilustrasi)


CATATAN INDAH - Sudah tiga hari empat malam aku berada di Yogyakarta, tempat asing tapi tidak asing ditelinga. Kenapa engak, dari orok sampai gede aku tinggal di Sumatra Utara tepatnya di Pangkalan Brandan. Kota kecil, ya…kalau ada yang mau ngukur pakai meteran, besarnya mungkin seukuran 50 kali lapangan bola.

Yogyakarta, ya! Yogyakarta, Kota pelajar dengan seabrek budaya, orang-orang cerdas tumpah ruah di sini. Konon katanya, siapa pun yang tinggal dan meminum air di Kota ini bakalan betah dan lupa dengan kampung halaman.

Mungkin petuah itu terbukti, baru tiga hari di kota ini aku merasa nyaman dengan keramahan penduduk sekitar tempat aku tinggal. Kebetulan di jogja aku tinggal di rumah Paman atau sebutan jawanya, “Pakde”.

Seminggu telah berlalu, banyak pengalaman yang aku dapat di sini. Teman-teman sering mengerjaiku dengan hal-hal aneh, mungkin karena aku tidak paham bahasa jawa. Pagi itu hari minggu, kebetulan Bude tidak sempat masak untuk makan siang karena pagi-pagi mereka sekeluarga harus pergi ke pertemuan organisasi. Aku Cuma di kasih uang untuk makan yang jumlahnya lumayan sedikit. Maklum Bude memang orangnya rada pelit, walaupun mereka tercatat sebagai keluarga yang bisa dikatakan terkaya di kampung nya, tapi pelitnya itu yang amit-amit. Hush… malah ngegosip.

Hari mulai siang, matahari sudah di atas ubun-ubun cacing di perut pun mulai bingung, rangsum jatah makan siang belum juga datang. Karena sudah bosan dengan makan nasi sayur dan tempe aku putuskan mencoba untuk mencicipi soto ala jogja yang katanya sueger.

“Mas soto di bungkus sak porsi” (sak porsi=satu porsi), kata ku pada Si tukang soto.
Si tukang soto dengan cepat meracik campurannya dan di bungkus plastik.
Pinten mas, “Kataku yang artinya ‘berapa’ mencoba bahasa jawa alus ala kadarnya”.
“Setunggal ewu gangsalatus mas”, Jawab Si tukang soto
Mendengar jawaban situkang soto, aku terdiam sejenak sambil berfikir, sembari mencoba menghitung angka satu sampai sepuluh dalam bahasa jawa, tapi tidak ada yang menyebutkan setunggal dan gangsal. “Gawat, harga nya jangan-jangan mahal ne soto, pasalnya aku cuma di kasih uang Rp.3000,-.” Kalau sampai harganya lebih dari itu, mau ngasih jaminan apa sama si tukang soto, sandal, celana, baju, KTP, bantuin nyuci piring atau…

Aku mencoba bertanya lagi sama si tukang soto, “Pinten mas”
“Setunggal ewu gangsalatus”, jawab tukang soto menunggu aku mengeluarka uang.
Sekali lagi aku menghitung, “Siji, loro, telu, papat, limo, enem, pitu, wolu, songo, sepuluh.” Nah loh…gak ada kan angka setunggal sama gangsal. Aku mulai panik, uang cuma tiga ribu di kantong kalau kurang bisa gawat, uang hilang makan siang melayang.

Dengan membulatkan tekad dan menyiapkan mental aku bertanya pakai bahasa Indonesia yang benar dan tepat sesuai Ejaan Yang Di sempurnakan.

“Berapa Mas”
“Seribu lima ratus mas…”

Mendengar jawaban itu, aku lega bukan kepalang. Aku langsung mengulung kan uang pada si tukang soto yang perawakan nya kecil rambut keriting dan kumis nya seperti sapu ijuk lawas. Penderitaanku berakhir, siang ini bisa makan tanpa harus mengadaikan apa pun. (Red. Fajar Iswanto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Web Hosting Bluehost