
CATATAN INDAH - Al-Hamdulillah,
segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Shalawat dan salam semoga terlimpah
kepada baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para
sahabatnya.
رَبَّنَا آَتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
"(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari
tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa: Wahai Tuhan kami berikanlah
rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang
lurus dalam urusan kami (ini)"."
(QS. Al-Kahfi: 10)
Doa di atas
dibaca para pemuda Ashabul Kahfi saat memasuki goa. Mereka berlindung ke
dalamnya karena khawatir akan keselamatan agama mereka. Karena raja yang
berkuasa di daerah tempat tinggal mereka membenci dan memusuhi keyakinan para
Ashabul Kahfi.
Banyak
mufassirin generasi salaf dan khalaf yang menyebutkan, para pemuda tersebut
terdiri dari anak-anak raja Romawi dan orang-orang terhormat mereka yang
bersatu karena iman. Saling bantu-membantu menegakkan ibadah kepada Allah
semata dalam tempat ibadah yang mereka bangun bersama. Terus bertahan demikian
sehingga mereka diketahui oleh kaumnya. Kemudian mereka dilaporkan kepada raja
mereka. Sang raja memanggil mereka untuk datang menghadap kepadanya. Lalu ia
bertanya tentang hal ihwal dan kegiatan mereka. Lalu mereka menjawab dengan
sebenarnya dan mengajak raja itu untuk menyembah Allah Ta'ala.
وَرَبَطْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ إِذْ قَامُوا فَقَالُوا رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُونِهِ إِلَهًا لَقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا هَؤُلَاءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ آَلِهَةً لَوْلَا يَأْتُونَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطَانٍ بَيِّنٍ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا
"Dan Kami telah meneguhkan hati mereka di
waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit
dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami
kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran".
Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia
sebagai tuhan-tuhan (untuk di sembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan
yang terang (tentang kepercayaan mereka?) Siapakah yang lebih lalim daripada
orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?" (QS.
Al-Kahfi: 14-15)
Ibnu Katsir
rahimahullah berkata, "Allah Ta'ala berfirman: Kami jadikan mereka
bersabar atas tindakannya menentang kaum mereka sendiri, meninggalkan kampung
halaman mereka dan meninggalkan kehidupan yang enak, kebahagiaan, dan
kenikmatan."
Sesudah
mereka menyeru raja untuk beriman kepada Allah, maka raja menolak seruan
tersebut. Bahkan ia mengancam mereka dan menyuruh menanggalkan pakaian yang
mereka kenakan, yang padanya terdapat perhiasan kaumnya. Kemudia ia memberikan
waktu kepada mereka untuk berpikir supaya rela meninggalkan keyakinan mereka.
Kemudian
Allah menurunkan rahmat dan kasih sayangnya kepada para pemuda Ashabul Kahfi,
di mana pada masa penangguhan itu mereka berhasil melarikan diri demi
mempertahankan agama yang dianutnya dari fitnah. Lalu mereka ber'uzlah, dan
Allah menurunkan ilham-Nya kepada mereka agar berlindung ke dalam gua, mencari
tempat di sana sehingga raja dan kaumnya kehilangan jejak mereka. Hal ini
diterangkan dalam firman-Nya,
وَإِذِ اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ فَأْوُوا إِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مِرفَقًا
"Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa
yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua
itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan
menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu." (QS.
Al-Kahfi: 16)
Raja dan
kaumnya terus mencari para pemuda Ashabul Kahfi, tapi tidak menemukannya.
Bahkan Allah membutakan raja dan kaumnya untuk mendapatkan berita para pemuda
tersebut. Hal ini sebagaimana Allah membutakan kaum kafir Quraisy yang memburu
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan Abu Bakar al-Shiddiq, saat keduanya
bersembunyi di gua Tsur dalam keberangkatan hijrah ke Madinah. Padahal Kafir
Quraisy telah melalui tempat persembunyian Rasulullah dan Abu Bakar, namun
mereka tidak mendapatkan keduanya.
Nah, pada
saat mereka akan memasuki gua di sebuah gunung, tempat sembunyi dan berlindung
dari raja dan kaumnya yang kafir, mereka berdoa kepada Allah Ta'ala saat
memasukinya, memohon rahmat dan kebaikan-Nya,
رَبَّنَا آَتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
"(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari
tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa: Wahai Tuhan kami berikanlah
rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang
lurus dalam urusan kami (ini)"." (QS. Al-Kahfi: 10)
Maksudnya:
Anugerahkan kepada kami rahmat dari sisi-Mu, yang dengannya Engkau rahmati kami
dan selamatkan kami dari kaum kami. Dan tetapkanlah petunjuk yang lurus kepada
kami dalam urusan kami. Dengan kata lain, jadkanlah kesudahan akhir kami di
bawah petunjuk yang lurus. Sebagaimana doa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam,
اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الْأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الْآخِرَةِ
"Ya Allah, jadikanlah baik akhir kesudahan
kami dalam semua urusan, dan selamatkanlah kami dari kehinaan dunia dan azab akhirat."
(HR. Ahmad dari Busr bin Arthah al-Qurasyi)
Kemudian
Allah menurunkan urusan-Nya kepada mereka, menjadikan mereka tertidur
bertahun-tahun lamanya sesaat sesudah mereka memasuki goa, yakni 309 tahun. Dan
saat mereka terbangun, kondisi masyarakat sudah berubah. Raja yang berkuasa
adalah seorang muslim yang menurut satu riwayat namanya, Yandusus. Rakyatnya
juga demikian. Sehingga saat raja dan rakyatnya menemui mereka di dalam goa,
para Ashabul Kahfi merasa bahagia dan bercengkrama bersamanya. Kemudian mereka
meninggalkan para pemuda tersebut dan mengucapkan salam kepada mereka. Lalu
mereka kembali ke tempat pembaringan mereka sehingga Allah mewafatkan mereka.
Wallahu Ta'ala a'lam.
Red : Fajar
Iswanto
[voa-islam.com]
Oleh:
Badrul Tamam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar