![]() |
Misteri (Ilustrasi) |
CATATAN
INDAH - Al-Khidir adalah hamba yang saleh dan disebutkan oleh Allah SWT dalam
Surat Al-Kahfi, yaitu sebagai teman Nabi Musa AS, di mana Nabi Musa belajar
kepadanya.
Al-Khidir
mensyaratkan kepadanya agar bersabar. Maka Musa menyanggupinya. Al-Khidir
berkata, "Bagaimana kamu dapat bersabar atas sesuatu yang kamu belum
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"
Al-Khidir
adalah seorang hamba yang diberi rahmat oleh Allah dan ilmu dari sisi-Nya. Musa
terus berjalan bersamanya dan melihat Al-Khidir telah melubangi perahu. Maka
Musa berkata, "Apakah engkau melubanginya supaya penumpangnya
tenggelam?" Cerita selanjutnya telah disebutkan dalam Surat Al-Kahfi.
Musa merasa
heran atas perbuatannya, hingga Al-Khidir menerangkan kepadanya sebab-musabab
dari perbuatan yang dilakukan itu. Pada akhir pembicaraannya, Al-Khidir
berkata, "Bukanlah aku melakukan itu menurut kemauanku sendiri. Demikian
itu adalah penjelasan dari perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat bersabar
atasnya." Maksudnya, semua perbuatan itu hanyalah karena kemauan Allah
SWT.
Sebagian
orang berkata tentang Al-Khidir, "Ia hidup sesudah Musa hingga zaman Isa,
kemudian zaman Nabi Muhammad SAW, ia sekarang masih hidup, dan akan hidup
hingga Kiamat."
Orang-orang
menulis kisah-kisah, riwayat-riwayat dan dongeng-dongeng bahwa Al-Khidir
menjumpai si Fulan dan memakaikan kirqah (pakaian) kepada si Fulan dan memberi
pesan kepada si Fulan.
Sama sekali
tidak adil pendapat yang mengatakan bahwa Al-Khidir masih hidup—sebagaimana
anggapan sementara orang—tetapi sebaliknya, ada dalil-dalil dari Al-Qur'an,
sunah, akal dan ijma diantara para ulama dari umat ini bahwa Al-Khidir sudah
tiada.
Saya anggap
cukup dengan mengutip keterangan dari kitab Al-Manaarul Muniif fil Haditsish
Shahih wa adh-Dha'if karangan Ibnul Qayyim. Ibnul Qayyim rahimahullah
menyebutkan dalam kitab itu ciri-ciri dari hadis maudlu, yang tidak diterima
dalam agama. Diantara cirinya ialah "hadis-hadis yang menceritakan tentang
Al-Khidir dan kehidupannya." Semuanya adalah dusta. Tidak satu pun hadis
yang shahih.
Di antara
hadis maudlu itu ialah hadis yang berbunyi, "Bahwa Rasulullah SAW sedang
berada di masjid, ketika itu beliau mendengar pembicaraan dari arah
belakangnya. Kemudian beliau melihat, ternyata ia adalah Al-Khidir."
Juga hadis,
"Al-Khidir dan Ilyas berjumpa setiap tahun." Dan hadis, "Jibril,
Mikail dan Al-Khidir bertemu di Arafah."
Ibrahim
Al-Harbi ditanya tentang umur Al-Khidir yang panjang dan bahwa ia masih hidup.
Maka beliau menjawab "Tidaklah ada yang memasukkan paham ini kepada
orang-orang, kecuali setan."
Imam
Bukhari ditanya tentang Al-Khidir dan Ilyas, apakah keduanya masih hidup? Maka
ia menjawab, "Bagaimana hal itu terjadi?" Nabi saw telah bersabda,
"Tidaklah akan hidup sampai seratus tahun lagi bagi orang-orang yang
berada di muka bumi ini." (HR Bukhari-Muslim).
Banyak imam
lainnya yang ketika ditanya tentang hal itu, maka mereka menjawab dengan menggunakan Alquran sebagai dalil:
"Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu
(Muhammad), maka jika kamu mati apakah mereka akan kekal?" (QS.
Al-Anbiyaa': 34).
Syekhul
Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah ditanya tentang hal itu, maka ia menjawab,
"Andaikata Al-Khidir masih hidup, tentulah ia wajib mendatangi Nabi SAW dan berjihad bersamanya, serta belajar
darinya."
Jika
Al-Khidir itu manusia, maka ia tidak akan kekal, karena hal itu ditolak
Alquranul Karim dan sunah yang suci.
Seandainya ia masih hidup, tentulah ia datang kepada Nabi SAW. Nabi SAW telah bersabda, "Demi Allah,
andaikata Musa masih hidup, tentu ia akan mengikuti aku." (HR Ahmad).
Jika
Al-Khidir seorang Nabi, maka ia tidak lebih utama daripada Musa AS. Dan jika
seorang wali, tidaklah ia lebih utama daripada Abu Bakar RA. Apakah hikmahnya sehingga ia hidup hingga
kini—sebagaimana anggapan orang-orang—di padang luas, gurun dan gunung-gunung?
Apakah faedahnya syar'iyah maupun akliah di balik ini?
Sesungguhnya
orang-orang selalu menyukai
cerita-cerita ajaib dan dongeng-dongeng fantastis. Mereka menggambarkannya
menurut keinginan mereka, sedangkan hasil dari imajinasinya, mereka gunakan
sebagai baju keagamaan. Cerita ini disebarkan diantara sebagian orang awam dan
mereka menganggapnya berasal dari agama mereka, padahal sama sekali bukan dari
agama. Hikayat-hikayat yang diceritakan tentang Al-Khidir hanyalah rekayasa
manusia dan tidak diturunkan oleh Allah hujjah untuk itu.
Adapun
mengenai pertanyaan, apakah ia seorang Nabi atau wali? Para ulama berbeda
pendapat mengenai hal itu. Tampaknya yang lebih tepat Al-Khidir adalah seorang
Nabi, sebagaimana tercantum pada ayat yang mulia dari Surat Al-Kahfi, "...
dan bukanlah aku melakukannya menurut kemauanku sendiri..." (QS. Al-Kahfi:
82).
Perkataan
itu adalah dalil bahwa ia melakukan itu berdasarkan perintah Allah dan wahyu-Nya, bukan dari dirinya. Lebih tepatnya
Al-Khidir adalah seorang Nabi bukan wali.
(Red ; Fajar Iswanto)
Sumber :
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/fatwa/12/01/26/lyerts-fatwa-qardhawi-benarkah-nabi-khidir-masih-hidup
nice pak..
BalasHapus